Berita Terbaru

Ribuan Keluarga di Ciamis Gunakan Air Sungai Karena Kekuarang Air

Baca Juga

Foto: Dadang Hermansyah (detik.com)

Musim kemarau di Kabupaten Ciamis diprediksi berlangsung hingga Oktober mendatang. BPBD Kabupaten Ciamis telah menerima laporan 6.000 keluarga di tujuh kecamatan mengalami kekurangan air bersih.
dalam langsiran detik.com Tujuh kecamatan itu terdiri atas Ciamis, Pamarican, Cijeungjing, Cikoneng, Banjarsari, Cimaragas, dan Cidolog. BPBD Ciamis sudah mengecek langsung dan mendistribusikan bantuan air bersih.

"Musim kemarau ini sudah berdampak dan dirasakan oleh 6.000 keluarga dengan jumlah 17 ribu jiwa Ciamis kekurangan air bersih. Distribusi air dari BPBD sekitar 250 ribu liter. Dari pihak swasta dan TNI-Polri 70 ribu liter. Total sekitar 320 ribu liter," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ciamis Ani Supiani, Rabu (14/8/2019).

Ani menyebut kendala yang dihadapi BPBD Ciamis dalam pendistribusian air adalah kurangnya armada. Selain itu, lokasi warga yang terdampak kekeringan di pelosok dengan akses jalan yang sulit, terutama di daerah Kecamatan Cidolog.

"Jadi memang lokasi cukup jauh dan medannya sulit. Armada kurang. Jadi yang harusnya bisa kirim 15 ribu liter atau tiga tangki dalam sehari, kami hanya mampu satu tangki atau 5.000 liter saja sehari," ungkap Ani. 
Menurut Ani, bulan Agustus ini diprediksi merupakan puncak musim kemarau di Ciamis. BPBD berupaya maksimal untuk menyalurkan air bersih untuk penanganan jangka pendek. BPBD telah melaksanakan rakor kekeringan sinergis untuk bantuan air
Penanganan untuk jangka panjang adalah melakukan kerja sama dengan dinas terkait dan melakukan pengeboran titik air atau pipanisasi. Selain itu, kerja sama dengan kehutanan untuk segera melakukan penghijauan.

"Puncak musim kemarau di Ciamis diperkirakan BMKG pada bulan Agustus ini. Awal musim hujan diperkirakan bulan November. Tapi mudah-mudahan, berdoa, di bulan September atau Oktober juga sudah hujan," tegasnya.

Sementara itu, warga di Dusun Majaprana, Desa Pamalayan, Kecamatan Cijeungjing, terpaksa memanfaatkan aliran Sungai Cileueur untuk keperluan MCK, meski airnya tak cukup jernih. Karena sumur di rumah warga sudah mengering sejak beberapa bulan ke belakang. 

"Setiap hari sejak kemarau dan sumur kering, setiap pagi dan sore sungai pasti ramai yang mandi, yang nyuci. Kalau untuk minum dan masak ada sumur dekat sungai yang dipakai warga bersama-sama," ucapnya saat ditemui sedang mencuci pakaian di Sungai Cileueur.

Tidak ada komentar